Bahkanupaya pencurian yoni yang ada di Situs Srigading berakhir tragis. Dari 21 orang pencuri yang berusaha memindahkan yoni, hanya satu orang yang selamat dan tidak meninggal. Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho mengakui, di setiap bangunan candi yang pasti disakralkan. SejarahJawa Timur. Sejarah Jawa Timur dimulai pada masa Kerajaan Majapahit (1294-1527), dengan susunan pemerintahan Bhumi (Pusat/Kraton), Negara (Provinsi/Bhatara), Watek/Wisaya (Kabupaten/Tumenggung), Lurah/Kuwu (Kademangan), Thani/Wanua (Desa/Petinggi) dan paling bawah Kabuyutan (Dusun/Rama). Namun mengalami Petawilayah Kesultanan Mataram. Ibu kota: Kutagede (1586-1613) Karta (1613–1645) Plered (1646–1680) ada dua kerajaan yang pernah ada di periode yang berbeda dan keduanya disebut Mataram. Kerajaan selanjutnya, Dalam konsep kenegaraan Jawa raja-raja Mataram disebutkan dengan konsep Keagungbinatharaan atau diungkapkan sebagai "gung Daerahkekuasaan kerajaan sriwijaya berdasarkan dari peta yang membentang Semenanjung Malaya, Kamboja, Thailand Selatan, Sumatera, kemungkinan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, bertarikh pada masa 605 Saka (683 M), Kerajaan Sriwijaya pertama didirikan di Palembang, tepatnya di tepian Sungai Musi. PetaKecamatan Muara Kaman. 1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri) 2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga) 3. Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Petapersebaran pusat kerajaan Hindu yang berada di lereng/cekungan pegunungan ( intra mountain basin) yang banyak dijumpai spring belt dan . - Kerajaan Mataram Islam atau Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang berkuasa antara abad ke-16 hingga abad ke-18. Pendiri Kerajaan Mataram Islam adalah Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh Sultan Agung 1613-1645 M.Di bawah kekuasaannya, Mataram mampu menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Selain itu, kerajaan yang terletak di Kotagede, Yogyakarta, ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah didirikannya loji-loji dagang di pantai utara. Masa kekuasaan Kerajaan Mataram Islam berakhir pada 1755 M, setelah ditandatangi Perjanjian Giyanti yang disepakati bersama kesepakatan tersebut, Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan Nagari Kasunanan Surakarta. Baca juga Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam Berdirinya Kerajaan Mataram Islam Sejarah Kerajaan Mataram Islam dimulai ketika Ki Ageng Pemanahan membantu Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya, mengalahkan Arya Penangsang dari Jipang. Atas jasanya, Ki Ageng Pemanahan dianugerahi wilayah tanah di hutan Mentaok sekarang Kotagede, Yogyakarta. Ki Ageng Pemanahan membangun tanah tersebut menjadi desa yang makmur dan setelah ia meninggal, perannya diteruskan oleh putranya, Danang Sutawijaya Raden Ngabehi Loring Pasar. - Sejarah Kerajaan Mataram Kuno cukup panjang yang dimulai sejak abad ke-6 M. Kerajaan Mataram Kuno atau sering juga disebut dengan Kerajaan Mataram Hindu atau Kerajaan Medang merupakan kerajaan penerus dari Kerajaan Kalingga di Jawa yang diperkirakan eksis pada abad ke-8 hingga 10 Masehi. Mataram Kuno yang bercorak Hindu dan Buddha biasanya disebut untuk membedakan dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri sekitar abad ke 16 M. Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya, di daerah inilah diperkirakan Kerajaan Mataram Kuno pertama berdiri. Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno berasal dari prasasti, candi, kitab Carita Parahyangan Sejarah Pasundan, dan berita dari Cina. Kerajaan yang didirikan oleh Sanjaya bergelar Rakai Mataram ini beberapa kali berpindah pusat Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua periode berdasarkan lokasi atau ibu kota pemerintahannya. Pertama adalah periode awal Kerajaan Medang yaitu di Jawa Tengah di bawah Wangsa Sanjaya dan Sailendra 732-929 M, serta yang kedua ketika pindah ke Jawa Timur dan dikuasai oleh Wangsa Isyana 929-1016 M.Pada 929 M, Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok. Menurut George Coedes dalam The Indianized states of Southeast Asia 1968, ada beberapa faktor kemungkinan yang mendorong perpindahan adalah faktor politik, yakni sering terjadinya perebutan kekuasaan yang berimbas terhadap terancamnya kesatuan wilayah kerajaan ini. Kedua adalah faktor bencana alam, yaitu peristiwa meletusnya Gunung Merapi. Faktor ketiga adalah adanya potensi ancaman dari kerajaan lain, termasuk serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Sedangkan faktor keempat adalah motif keagamaan dan ekonomi, termasuk ketiadaan pelabuhan yang membuat Kerajaan Mataram Kuno sulit menjalin kerja sama dengan kerajaan tepatnya pusat Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Tengah diperkirakan berada di Bhumi Mataram atau Yogyakarta pada masa awal berdirinya di bawah pemerintahan Rakai Mataram Sang juga Misteri Sejarah Candi Dieng, Asal-Usul, dan Siapa Pendirinya? Letusan Gunung Merapi yang Konon Mengubah Sejarah Jawa Sejarah Candi Sambisari Pernah Terkubur Letusan Gunung Merapi Kemudian, lokasi ibu kota kerajaan ini sempat berpindah-pindah, antara lain ke Mamrati pada masa Rakai Pikatan, pada era Dyah Balitung Rakai Watukura dipindahkan ke Poh Pitu, dan sempat kembali lagi ke Bhumi Mataram pada masa Dyah Wawa Rakai Sumba. Mamrati dan Poh Pitu diperkirakan berada di antara wilayah Yogyakarta hingga Jawa Tengah bagian selatan Magelang atau Kedu.Kerajaan Mataram Kuno punya banyak peninggalan yang berupa candi-candi megah, termasuk Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Sewu di Yogyakarta, serta beberapa candi dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok yang kemudian bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa 929-947, Kerajaan Mataram Kuno menempati pusat pemerintahan di daerah yang disebut berikutnya terjadi lagi perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur atau era Dinasti Isyana, yakni dipindahkan ke Watugaluh. Dikutiip dari buku Antologi Sejarah Candi Boyolangu 2016 tulisan Lailatul Mahfudhoh, Tamwlang maupun Watugaluh diperkirakan terletak di sekitar Jombang, Jawa Kerajaan Medang runtuh pada awal abad ke-9 M, selanjutnya muncul kerajaan-kerajaan penerus Wangsa Mataram, dari Kahuripan, Jenggala, Kediri, Singhasari, Majapahit, Demak, Jipang, Giri, Kalinyamat, Pajang, hingga era Mataram Islam yang memunculkan Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Mangkunegaran, serta juga Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Lokasi, & Pusat Pengajaran Agama Buddha Ratu Pramodhawardani Kawin Beda Agama, Menganjurkan Toleransi Sejarah Kepemimpinan Ratu Shima di Kerajaan Kalingga 674-695 M Toleransi Beragama Masa Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno terkenal dengan toleransi beragama yang kuat antara umat Hindu dengan Buddha, seperti terlihat dalam pembangunan Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Prambanan, dan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari peran para pemimpinnya yang mengajarkan masa kekuasaan Mataram Kuno raja-raja dan rakyat yang memiliki perbedaan agama merupakan hal yang biasa. Antara raja dengan rakyat tidak harus beragama sama. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya sisa-sisa candi Syiwa Hindu di sekitar Candi Borobudur Buddha, demikian dikutip dari jurnal terbitan Departemen Arkeolog FIB Universitas satu contohnya adalah pernikahan antara Pramodawardhani putri Rakai Garung alias Samaratungga dari Dinasti Sailendra yang memeluk agama Buddha-Mahayana, dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang beragama Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani bersama-sama memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada periode 840-856 M, dan menghasilkan banyak candi-candi megah di wilayah Yogyakarta dan Jawa juga Sejarah Keruntuhan Kerajaan Majapahit & Prasasti Peninggalannya Sejarah Candi Borobudur Pembangunan hingga Menjadi Warisan Dunia Kerajaan-kerajaan Bercorak Hindu Buddha di Indonesia Raja-Raja Mataram Kuno Periode Jawa Tengah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya 732-760 MRakai Panangkaran 760-780 MRakai Panunggalan alias Dharanindra 780-800 MRakai Warak alias Samaragrawira 800-820 MRakai Garung alias Samaratungga 820-840 MRakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani 840-856 MRakai Kayuwani alias Dyah Lokapala 856-882 MRakai Watuhumalang 882-899 MRakai Watukura Dyah Balitung 898-915 MMpu Daksa 915-919 MRakai Layang Dyah Tulodong 919-924 MRakai Sumba Dyah Wawa 924 MPeriode Jawa TimurRakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok 929-947 MSri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya sejak 947 MMakutawangsawardhana hingga 985 MDharmawangsa Teguh 985-1007 M - Sosial Budaya Kontributor Balqis FallahndaPenulis Balqis FallahndaEditor Iswara N Raditya 95 96 Lampiran 1, Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno PETA WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MATARAM KUNO Sumber I Wayan Badrika, Sejarah untuk Kelas XI, Jakarta Erlangga, 2006, hlm. 16. 97 Lampiran 2, Peta Penyebaran Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur Pada Abad Ke-16 PETA PENYEBARAN ISLAM DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR PADA ABAD KE-16 Sumber Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya Bagian II Jaringan Asia, Winarsih Partaningrat, dkk., Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 2005, hlm. 128. 98 Lampiran 3, Peta Wilayah Bagelen Pada Masa Kekuasaan Mataram Islam PETA WILAYAH BAGELEN PADA MASA KEKUASAAN MATARAM ISLAM Sumber Radix Penadi, Riwayat Kota Purworejo, Purworejo Lembaga Studi dan Pengembangan Sosial Budaya, 2002, hlm. 68. 99 Lampiran 4, Arsip Berupa Teks 1 Sebelum Perjanjian Giyanti ARSIP BERUPA TEKS 1 SEBELUM PERJANJIAN GIYANTI Sumber S. Margana, Keraton Surakarta dan Yogyakarta 1769-1876, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 458. Keterangan Berdasarkan teks ini, dapat dilihat posisi wilayah Wonosobo pada masa kekuasaan Mataram Islam. Pada saat itu, Wonosobo merupakan bagian dari tanah Pagelen/ Bagelen Purworejo Sekarang. 100 Lampiran 5, Abdi-Dalem Mataram Islam Berserta Wilayah Bagelen ABDI-DALEM MATARAM ISLAM BERSERTA WILAYAH BAGELEN Sumber S. Margana, Keraton Surakarta dan Yogyakarta 1769-1876, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 473. Keterangan Pada Masa kekuasaan Mataram Islam, wilayah Wonosobo merupakan tanah nafkah kerajaan. Penduduk di Wonosobo bertugas menyediakan bau-suku dan ahli kayu Gowong. 101 Lampiran 6, Dokumen/ Nukilan Sajaratul Ammah DOKUMEN/ NUKILAN SAJARATUL AMMAH 102 Lampiran 7, Silsilah Tarekat Sattariyah SILSILAH TAREKAT SATTARIYAH Sumber Tesis yang disusun oleh Ahmad Muzan dengan judul “Tarekat dan Peranannya dalam Penyebaran Islam di Wonosobo Abad 18-19”. 103 Lampiran 8, Silsilah Tarekat Alawiyah SILSILAH TAREKAT ALAWIYAH Sumber Tesis yang disusun oleh Ahmad Muzan dengan judul “Tarekat dan Peranannya dalam Penyebaran Islam di Wonosobo Abad 18-19”. 104 Lampiran 9, Komplek Candi di Dieng, Wonosobo KOMPLEK CANDI DI DIENG, WONOSOBO Sumber Foto Pribadi Keterangan Perkomplekan candi ini merupakan bukti bahwa sebelum Islam masuk dan berkembang sudah ada pengaruh Hindu-Buddha di Dieng, Wonosobo. 105 Lampiran 10, Lingga yang ditemukan di Desa Pakuncen, Wonosobo LINGGA YANG DITEMUKAN DI DESA PAKUNCEN, WONOSOBO Sumber Foto Pribadi KeteranganYoni biasanya digunakan sebagai lambang perempuan. Yoni ini ditemukan di makam Tumenggung Jogonegoro Bupati Wonosobo abad ke-17. Desa Pakuncen, Selomerto, Wonosobo. 106 Lampiran 11, Patung Buddha di Selomerto, Wonosobo PATUNG BUDDHA DI SELOMERTO, WONOSOBO Sumber Foto Pribadi Keterangan Patung ini ditemukan di Selomerto dengan bentuk yang sudah tidak utuh. Bagian kepala pada patung ini tidak ada. Sekarang ini, patung tersebut berada di Jalan Banyumas, kecamatan Selomerto, kabupaten Wonosobo. 107 Lampiran 12, Siva Trisirah, tersimpan di Museum Kailasa, Dieng SIVA TRISIRAH, TERSIMPAN DI MUSEUM KAILASA, DIENG Sumber Foto Pribadi 108 Lampiran 13, Makam Ki Gede Wanasaba MAKAM KI GEDE WANASABA Sumber Foto Pribadi Keterangan Ki Gede Wanasaba merupakan wali nukhba penerus walisongo yang bernama asli Raden Jaka Dukuh. Ki Gede Wonosobo ialah putra dari Raden Jaka Bondan Kejawen dengan Dewi Retna Nawangsih. Kemudian diambil menantu oleh Sunan Mojogung Gunung Jati dan namanya diganti menjadi Syaikh Kabidullah Abdullah. Pada masa kejayaan Kerajaan Demak, tepatnya pemerintahan Sultan Trenggana, beliau diutus untuk menyebarkan agama Islam di Wonosobo, sehingga ia diberi julukan Ki Gede Wanasaba 109 Lampiran 14, Makam Kyai Walik MAKAM KYAI WALIK Sumber Foto Pribadi Keterangan Kyai Walik merupakan utusan dari kerajaan Mataram Islam pada masa pemerintahan Sulatan Agung. Nisan makamnya bertuliskan aksara jawa kuno. 110 Lampiran 15, Nisan makam Kyai Karim NISAN MAKAM KYAI KARIM Sumber Foto Pribadi 111 Lampiran 16, Pekaringan Kyai Kolodete PEKARINGAN KYAI KOLODETE Sumber Keterangan Kyai Kolodete merupakan salah satu ulama yang berasal dari Kerajaan Mataram Islam. Ia bersama dengan Kyai Karim dan Kyai Walik bersama-sama menyebarkan agama Islam di Wonosobo pada abad ke-17. 112 Lampiran 17, Komplek Makam di Desa Ketinggring, Wonosobo KOMPLEK MAKAM DI DESA KETINGGRING, WONOSOBO Sumber Foto pribadi Keterangan Komplek pemakaman ini merupakan komplek makam yang beru ditemukan pada tahun 2009. Komplek makam ini berada disamping komplek pemakaman Mangunkusuman Bupati Wonosobo ke-2 setelah Setjonegoro/ Muhammad Ngarpah. Keempat makam tersebut berjajar antara lain Istri Sayid Walid Hasyim, Sayid Walid Hasyim, Mangundirjo, dan istri Mangundirjo. Mangundirjo ialah ayah dari Mangunkusuma/ KH. R. Manshur. 113 Lampiran 18, Makam Kyai Asmorosufi MAKAM KYAI ASMOROSUFI Sumber Foto pribadi Keterangan Kyai Asmorosufi merupakan seorang ulama yang dikirim oleh Kyai Puger untuk menyebarkan agama Islam di Wonosobo. Ia menjadi seorang ulama besar dan mendirikan masjid di Bendosari, Sapuran, Wonosobo. Perjuangannya dilanjutkan oleh Kyai Ali Marhamah putra Kyai Asmorosufi sampai dengan tahun 1750 M. Setelah Kyai Ali Marhamah wafat kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Kyai Syukur Saleh sampai dengan tahun 1775 114 Lampiran 19, Lingga yang bertuliskan Arab LINGGA YANG BERTULISKAN HURUF ARAB Sumber Foto pribadi Keterangan terdapat 2 lingga yang bertuliskan huruf Arab. 2 lingga tersebut ditemukan di Dieng Wetan dekat dengan pekaringan Kyai Kolodite. Penemuan 2 lingga yang bertuliskan Arab ini membuktikan bahwa adanya toleransi beragama dalam kehidupan masyarakat. Yakni antara kebudayaan Hindu-Buddha, lokal, dan kebudayaan Islam. 115 Lampiran 20, Masjid al-Manshur Wonosobo Tahun 2002 MASJID AL-MANSHUR WONOSOBO TAHUN 2002 Sumber Foto pribadi Keterangan Masjid al-Manshur merupakan masjid tertua di Wonosobo. Sekitar abad ke-17, masjid ini dikenal dengan istilah zawiat/ zawiah. Zawiah/ zawiat ini kemudian dipelihara oleh rombongan sayid dari Hadramaut yang dipimpin oleh Sayid Walid Hasyim Ba’abud. Mereka kemudian menamakannya sebagai masjid Kauman. Sepeninggal Sayid Walid Hasyim Ba’abud, padepokan Kauman ini dipelihara oleh Sayid Ali bin Walid Hasyim Ba’abud. Kemudian pasca perang Diponegoro, KH. R. Manshur bin Marhamah yang bergelar Mangunkusuma membangun masjid Kauman menjadi Masjid Wonosobo atau dikenal dengan Masjid alManshur. 116 Lampiran 21, Masjid Bendosari Sapuran tahun 2013 MASJID BENDOSARI SAPURAN TAHUN 2013 Sumber Foto pribadi Keterangan Masjid Bendosari merupakan masjid yang digunakan oleh Kyai Asmorosufi untuk menyebarkan Islam. Tepat dibelakang masjid ini, Kyai Asmorosufi dimakamkan bersama putra-putranya. 117 Lampiran 22, Bentuk Wirid yang diajarkan secara turun-temurun BENTUK WIRID YANG DIAJARKAN SECARA TURUN-TEMURUN Sumber Foto pribadi Keterangan Wirid merupakan salah satu karakteristik ajaran tarekat Sattariyah dan Alawiyah. Tradisi wirid ini dibawa oleh Sayid Walid Hasyim Ba’abud ke Wonosobo pada abad ke-17. Tradisi wirid ini diajarkan secara turun temurun sampai saat ini. 118 Lampiran 23, Surat Izin Penelitian SURAT IZIN PENELITIAN Lampiran 5 119 119 l 120 120 121 121 - Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berdiri di Jawa Tengah bagian selatan abad ke-8, lalu pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Di Jawa Tengah, Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di Bhumi Mataram sekarang Yogyakarta. Dalam sejarahnya, pusat kerajaan ini kemudian mengalami beberapa kali perpindahan hingga sampai ke Jawa Mataram Kuno didirikan oleh Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya yang berkuasa antara 732-760 M, dan kerajaan ini runtuh pada 1007 M. Lalu, apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno? Baca juga Kehidupan Ekonomi Kerajaan Mataram KunoRuntuhnya Kerajaan Mataram Kuno Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno bermula ketika kerajaan ini terpecah menjadi dua bagian. Kerajaan Mataram Kuno pertama kali dipimpin oleh Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Hal ini dibuktikan dengan Prasasti Canggal dan Carita Parahyangan. Selama memerintah, Raja Sanjaya dikenal sebagai sosok raja yang adil, bijaksana, dan taat beragama. Di bawah pemerintahannya juga, wilayah Kerajaan Mataram Kuno semakin meluas dan rakyatnya hidup sejahtera. Jakarta - Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan yang terletak di daerah Medang I Bhumi Mataram daerah sekitar Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-8 Kerajaan Mataram Kuno dapat diketahui dari prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Balitung, dan Prasasti prasasti, sumber tentang Kerajaan Mataram Kuno berupa candi seperti candi di Pegunungan Dieng, Candi Gedong Songo di Jawa Tengah bagian utara, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, dan Candi Sambi Sari di Jawa Tengah bagian selatan. Kerajaan Mataram Kuno dikelilingi pegunungan dan di tengahnya mengalir sungai-sungai besar, seperti Sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan antara gunung-gunung tersebut, terdapat gunung berapi yang sering meletus. Hal ini mengakibatkan Kerajaan Mataram Kuno dan berpindah ke daerah di Jawa dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu karya Y Sri Pujiastuti, TD Haryo Tamtomo, dan N Suparno, Kerajaan Mataram Kuno awalnya diperintah oleh Raja Sanna. Kemudian Raja Sanna digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Panangkaran. Dari Prasasti Balitung diketahui bahwa Raya Panangkaran bergelar Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Politik Kerajaan Mataram Kuno1. Sesudah Panangkaran meninggal, Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi-Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu meliputi Jawa Tengah bagian utara di bawah pemerintahan Dinasti Sanjaya. Raja-rajanya Panunggalan, Warak, Garung, dan Mataram yang bercorak Buddha meliputi Jawa Tengah, bagian selatan di bawah pemerintahan Dinasti Syailendra. Rajanya antara lain Kerajaan Mataram Kuno dipersatukan kembali dengan perkawinan politik Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan Pramodhawardani dari keluarga Raja terbesar Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Balitung. Dengan Raja Balitung, Kerajaan Mataram Kuno mencapai masa kejayaannya. Dia banyak membangun candi dan kompleks Candi Prambanan, Daksa, Tulodang, dan Wawa. Inilah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Selain itu, peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yakni prasasti Canggal 732 M, prasasti Kalasan 776 M, prasasti Kelurak 782 M, prasasti Karangtengah 824 M, prasasti Balitung atau Kedu 907 M, dan prasasti Sojomerto Mpu Sendok memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur karena serangan Kerajaan Sriwijaya yang diperintah Balaputradewa. Selain itu karena seringnya Gunung Merapi meletus turut mendorong perpindahan ini. Simak Video "Aturan Hukum yang Berlaku di Kasultanan Ngayogyakarta" [GambasVideo 20detik] nwy/erd

peta konsep kerajaan mataram kuno